Enterpreneurship Anak
Isa AlamsyahtoKomunitas Bisa MenulisTips Menulis: Cara Menulis Dialog dalam Cerpen
Enterpreneurship, arti kata sebenarnya sih, saya nggak paham-paham
amat. Tapi saya memaknainya bahwa kita harus mengajarkan jiwa mandiri,
jiwa berusaha, jiwa bisnis kepada anak-anak sedari kecil.
Mungkin
terkesan tidak menghargai hak asasi anak untuk bermain dan belajar ya,
tapi, kalau dicermati, dengan belajar bekerja dan berdagang dari kecil,
justru anak sedang bermain peran, dan belajar bagaimana sebuah sistem
pemenuhan kebutuhan hidup berjalan.
Kita mengajarkan kepada anak,
bahwa sukses itu tidak instan, tapi butuh proses dan harus bekerja
keras untuk mencapainya. Sekalipun itu hanya untuk membuat mie instant,
juga ada prosesnya.
Saya dan anak saya suka membaca buku, dan
selalu ingin membeli buku yang baru terbit. Terutama jika penulisnya
adalah idola kita, atau teman-teman kita, padahal keuangan sedang krisis
moneter, Oleh karena itu perlu dicari solusi jitu agar tetap bisa
membeli buku impian sekalipun dengan anggaran pas-pasan.
Solusinya adalah, mengajarkan kepada anak saya untuk mencari uang
sendiri sebagai pembeli novel yang diidamkan. Saya ajari dia bagaimana
caranya memanfaatkan facebook sebagai sarana promosi. Alhamdulillah,
mulai terlihat hasilnya. Anak saya tidak hanya sebagai konsumen, tapi
dia sudah bisa menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri sebagai
pedagang buku online, sekaligus penulis.
Hal itu merupakan sebuah
kemajuan besar. Menjadi penulis cilik sekaligus marketing buku. Hal
tersebut akan sangat mendukung karirnya kelak jika dewasa. Kesuksesan
seorang penulis akan sangat terbantu oleh sistem marketing yang sesuai.
Tulisan bermutu dan marketing yang handal adalah sebuah tim yang solid
yang akan mengantarkan seorang penulis ke jenjang kesuksesan.
Berikut contoh promosi buku anak saya di akun pribadi miliknya:
Naila Yumna Salsabila menulis:
Kesalahan terbesar sebagai calon penulis adalah membuat dialog yang
bagus. Hal ini dibahas di salah satu bab dalam buku 101 Dosa Penulis
Pemula, karya Pak Isa Alamsyah, suaminya Asma Nadia :D
Selain itu, adajuga tentang gimana caranya bikin opening yang bagus,
ending yang bagus, membuat kalimat yang efektif, sampai kesalahan para
penulis. Seperti kebanyakan memakai 'ku', atau 'nya'. Dan kesalahan
seperti opening yang bertele-tele, sehingga membuat pembaca bosan. Aku
sama Ibu belajar dari buku itu dan workshopnya Asma Nadia. Pesan yuk,
teman-teman! Keburu kehabisan. Buku ini harus dibaca oleh calon penulis
atau yang sudah jadi penulis! Kalau tidak, rugi deh... :)
Ayo pesan segera. Yang mau beli, inbox aku saja, atau Ibuku, Umi
Sakdiyah Sodwijo. Buku ini langsung dari penerbit Asma Nadia Publishing
House. Buat teman-teman, aku kasih diskon deh! Terima kasih.
Isa Alamsyah
Berikut ini akan saya sampaikan cara penulisan dialog yang paling banyak dilanggar karena ketidaktahuan penulis pemula.
Diingat baik-baik ya
PERATURAN PERTAMA
Setiap dialog selalu masuk ke alinea baru
Kecuali dialog yang dipotong sedikit, lalu dilanjutkan
------"Mau kemana?" tanyaku. (alinea baru)
------"Mau tahu aja, itu urusanku," jawabnya. (alinea baru)
------"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (alinea baru - sambungannya tidak)
Perhatikan dialog (petik pertama) pada baris pertama dan kedua masuk alinea baru sekalipun halamannya masih muat. Petik keempat pada baris tiga tidak masuk alinea baru karena dialognya masih lanjutan dari petik sebelumnya hanya dijeda sedikit narasi.
PERATURAN KEDUA
Huruf pertama nempel (tanpa spasi) dengan kutip buka dan tanda baca/ huruf terakhir nempel dengan kutip tutup.
"Mau ke mana?" = benar
" Mau ke mana ?" = salah (ada spasi)
PERATURAN KETIGA
Huruf besar di awal dialog.
Kalimat di awal dialog sekalipun di awal petik dianggap sebagai awal kalimat jadi huruf besar.
"Mau ke mana?" = benar
"mau ke mana?" = salah (huruf pertama)
Kecuali kalau kalimatnya dijeda, maka kalimat pada petik berikutnya dianggap sebagai kalimat lanjutan jadi huruf kecil.
Contoh yang benar (jangannya huruf kecil)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku."
- kata jangan adalah lanjutan dari kalimat sebelumnya jadi huruf kecil saja.
karena kalau tidak dijeda kalimatnya:
"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis.
Contoh yang salah (jangan-nya huruf besar)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "Jangan tinggalkan aku".
(sekalipun beberapa penerbit tetap melakukan ini tergantung kebijakan)
PERATURAN KEEMPAT
Titik, koma, tanda tanya tada seru, pada akhir kalimat ada di dalam petik bukan di luar petik dan menempel pada tanda petik penutup.
Akhir kalimat dalam petik yang diakhiri dengan titik atau koma, maka tanda baca tersebut ada di dalam petik menempel dengan petik terakhir bukan di luar petik
Contoh yang benar
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (titiknya di dalam petik)
Contoh yang salah
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku". (titiknya di luar petik)
PERATURAN KELIMA
Titik dipakai kalau dialog berhenti tanpa keterangan narasi
jika dengan narasi pakai koma.
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (pakai titik)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis. (pakai koma)
PERATURAN KEENAM
Kalau diawali narasi sebelum dialog dikasih koma dulu menempel pada huruf terakhir kalimat narasi lalu spasi lalu petik buka
Aku bertanya padanya, "Kamu mau ke mana?"
Ok segitu dulu, semoga bermanfaat kalau ada kesalahan mohon dikoreksi.