Showing posts with label Tips Menulis. Show all posts
Showing posts with label Tips Menulis. Show all posts
ENTERPRENEURSHIP PADA ANAK

ENTERPRENEURSHIP PADA ANAK

Enterpreneurship Anak

Enterpreneurship, arti kata sebenarnya sih, saya nggak paham-paham amat. Tapi saya memaknainya bahwa kita harus mengajarkan jiwa mandiri, jiwa berusaha, jiwa bisnis kepada anak-anak sedari kecil.

Mungkin terkesan tidak menghargai hak asasi anak untuk bermain dan belajar ya, tapi, kalau dicermati, dengan belajar bekerja dan berdagang dari kecil, justru anak sedang bermain peran, dan belajar bagaimana sebuah sistem pemenuhan kebutuhan hidup berjalan.

Kita mengajarkan kepada anak, bahwa sukses itu tidak instan, tapi butuh proses dan harus bekerja keras untuk mencapainya. Sekalipun itu hanya untuk membuat mie instant, juga ada prosesnya.

Saya dan anak saya suka membaca buku, dan selalu ingin membeli buku yang baru terbit. Terutama jika penulisnya adalah idola kita, atau teman-teman kita, padahal keuangan sedang krisis moneter, Oleh karena itu perlu dicari solusi jitu agar tetap bisa membeli buku impian sekalipun dengan anggaran pas-pasan.

Solusinya adalah, mengajarkan kepada anak saya untuk mencari uang sendiri sebagai pembeli novel yang diidamkan. Saya ajari dia bagaimana caranya memanfaatkan facebook sebagai sarana promosi. Alhamdulillah, mulai terlihat hasilnya. Anak saya tidak hanya sebagai konsumen, tapi dia sudah bisa menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri sebagai pedagang buku online, sekaligus penulis.

Hal itu merupakan sebuah kemajuan besar. Menjadi penulis cilik sekaligus marketing buku. Hal tersebut akan sangat mendukung karirnya kelak jika dewasa. Kesuksesan seorang penulis akan sangat terbantu oleh sistem marketing yang sesuai. Tulisan bermutu dan marketing yang handal adalah sebuah tim yang solid yang akan mengantarkan seorang penulis ke jenjang kesuksesan.

Berikut contoh promosi buku anak saya di akun pribadi miliknya:

Naila Yumna Salsabila menulis:

Kesalahan terbesar sebagai calon penulis adalah membuat dialog yang bagus. Hal ini dibahas di salah satu bab dalam buku 101 Dosa Penulis Pemula, karya Pak Isa Alamsyah, suaminya Asma Nadia :D

Selain itu, adajuga tentang gimana caranya bikin opening yang bagus, ending yang bagus, membuat kalimat yang efektif, sampai kesalahan para penulis. Seperti kebanyakan memakai 'ku', atau 'nya'. Dan kesalahan seperti opening yang bertele-tele, sehingga membuat pembaca bosan. Aku sama Ibu belajar dari buku itu dan workshopnya Asma Nadia. Pesan yuk, teman-teman! Keburu kehabisan. Buku ini harus dibaca oleh calon penulis atau yang sudah jadi penulis! Kalau tidak, rugi deh... :)

Ayo pesan segera. Yang mau beli, inbox aku saja, atau Ibuku, Umi Sakdiyah Sodwijo. Buku ini langsung dari penerbit Asma Nadia Publishing House. Buat teman-teman, aku kasih diskon deh! Terima kasih.

Isa AlamsyahtoKomunitas Bisa MenulisTips Menulis: Cara Menulis Dialog dalam Cerpen
Isa Alamsyah
Berikut ini akan saya sampaikan cara penulisan dialog yang paling banyak dilanggar karena ketidaktahuan penulis pemula.
Diingat baik-baik ya
PERATURAN PERTAMA
Setiap dialog selalu masuk ke alinea baru
Kecuali dialog yang dipotong sedikit, lalu dilanjutkan
------"Mau kemana?" tanyaku. (alinea baru)
------"Mau tahu aja, itu urusanku," jawabnya. (alinea baru)
------"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (alinea baru - sambungannya tidak)
Perhatikan dialog (petik pertama) pada baris pertama dan kedua masuk alinea baru sekalipun halamannya masih muat. Petik keempat pada baris tiga tidak masuk alinea baru karena dialognya masih lanjutan dari petik sebelumnya hanya dijeda sedikit narasi.
PERATURAN KEDUA
Huruf pertama nempel (tanpa spasi) dengan kutip buka dan tanda baca/ huruf terakhir nempel dengan kutip tutup.
"Mau ke mana?" = benar
" Mau ke mana ?" = salah (ada spasi)
PERATURAN KETIGA
Huruf besar di awal dialog.
Kalimat di awal dialog sekalipun di awal petik dianggap sebagai awal kalimat jadi huruf besar.
"Mau ke mana?" = benar
"mau ke mana?" = salah (huruf pertama)
Kecuali kalau kalimatnya dijeda, maka kalimat pada petik berikutnya dianggap sebagai kalimat lanjutan jadi huruf kecil.
Contoh yang benar (jangannya huruf kecil)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku."
- kata jangan adalah lanjutan dari kalimat sebelumnya jadi huruf kecil saja.
karena kalau tidak dijeda kalimatnya:
"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis.
Contoh yang salah (jangan-nya huruf besar)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "Jangan tinggalkan aku".
(sekalipun beberapa penerbit tetap melakukan ini tergantung kebijakan)
PERATURAN KEEMPAT
Titik, koma, tanda tanya tada seru, pada akhir kalimat ada di dalam petik bukan di luar petik dan menempel pada tanda petik penutup.
Akhir kalimat dalam petik yang diakhiri dengan titik atau koma, maka tanda baca tersebut ada di dalam petik menempel dengan petik terakhir bukan di luar petik
Contoh yang benar
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (titiknya di dalam petik)
Contoh yang salah
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku". (titiknya di luar petik)
PERATURAN KELIMA
Titik dipakai kalau dialog berhenti tanpa keterangan narasi
jika dengan narasi pakai koma.
"Tapi keselamatanmu juga urusanku," sanggahku sambil menangis, "jangan tinggalkan aku." (pakai titik)
"Tapi keselamatanmu juga urusanku, jangan tinggalkan aku," sanggahku sambil menangis. (pakai koma)
PERATURAN KEENAM
Kalau diawali narasi sebelum dialog dikasih koma dulu menempel pada huruf terakhir kalimat narasi lalu spasi lalu petik buka
Aku bertanya padanya, "Kamu mau ke mana?"
Ok segitu dulu, semoga bermanfaat kalau ada kesalahan mohon dikoreksi.
SUKSES GARA-GARA KRITIK

SUKSES GARA-GARA KRITIK

Sukses Gara-Gara Kritik

Akhir-akhir ini terjadi gonjang-ganjing langit kelap-kelap gedubrak di jagat komunitas menulis, gara-gara buku-buku yang diterbitkan teman-teman diobok-obok oleh penulis 101 Dosa Penulis Pemula (bukunya bisa dibeli sama saya diskon 10%).

Sebagian besar penulis merasa marah, tersinggung bahkan sakit hati karena hasil kerja kerasnya dikuliti habis-habisan. Tapi ada juga yang merasa bangga dan berterima kasih karena sudah diberi kesempatan mendapatkan krisan dari penulis best seller Bapak Isa Alamsyah.

Melihat buku teman-teman diobrak-abrik, terus terang saya sakit hati. Sakit hati karena merasa harusnya buku saya juga ikut dikuliti dan dibantai sampai saya bisa merevisinya menjadi buku yang best seller. Kenyataannya saya cuma ikutan memberi kritikan pedas, huahhh.

Menjadi penulis memang bukan pekerjaan yang mudah. Perjuangan pertama adalah menulis buku sampai selesai. Tidak seperti saya yang banyak menulis buku, tapi hanya sampai ke judulnya saja.

Langkah selanjutnya adalah endapkan, lalu baca ulang, edit, baca, edit, sampai merasa sempurna. Lalu sebaiknya lakukan semacam test pasar. Berikan sampel buku kepada sepuluh orang yang senang membaca buku apa saja, dari kalangan berbeda. Tanya pada mereka, apakah bukunya menarik, bermanfaat, lucu, menghibur, berkesan, lalu tanyakan saran-saran dan pendapat mereka. Lakukan editing sekali lagi, baca sekali lagi. Setelah itu buku siap dikirim ke penerbit.

Ujian paling berat bagi penulis adalah setelah buku diterbitkan. Kenapa? Penulis juga harus ikut bertanggung jawab melakukan promosi untuk memasarkan bukunya. Penulis juga harus mempersiapkan mentalnya agar kuat bila karyanya diejek, dibantai, dikritik, dikuliti, bahkan jika dibuang ke tempat sampah dan diinjak-injak pembaca. Bahkan siap juga apabila ada tuntutan yang menjebloskannya ke hotel prodeo.

Bukan menakut-nakuti, tapi kalau kita sudah berani melempar karya ke pasar, berarti buku yang kita tulis sudah milik masyarakat yang akan mempengaruhi opini publik. Terimalah kritik dengan senyuman, lapang dada dan rasa terima kasih. Lebih baik diberikan kritik pedas daripada dicuekin. Kritik akan menempa kita menjadi kuat, bijak dan meningkatkan kualitas tulisan kita. Seperti halnya besi yang semakin tajam dan kuat jika ditempa berkali-kali, begitu pulalah seorang penulis.

Sebagai contoh, pernah ada seorang penulis senior, yang karyanya sudah ada sebelum anak saya lahir. Suatu hari anak saya memberikan kritik terhadap buku yang beliau tulis. Tentu saja hanya kritikan tak penting seorang anak. Apakah penulis senior itu marah? Dia malah berterima kasih, dan berjanji akan melakukan revisi di cetakan berikutnya.

Jadi, jika penulis senior saja berterima kasih terhadap kritikan seorang anak kecil, bagaimana dengan kita yang baru menapaki tangga dunia literasi? Berterima kasihlahlah terhadap kritik. Kritik adalah bukti kasih sayang yang akan membesarkan kita. Bersahabatlah dengan kritik, maka kita akan dekat dengan kesuksesan.

Bagaimana cara menghadapi kritik agar terlihat elegan dan tidak hilang muka? Belajarlah ngeles dan jadilah orang koplak. Mungkin tips ngeles di bawah ini perlu dicoba:


1) Seorang teman mengkritik salah ketik di tulisan kita. Jawab saja: "Oh, iya. Maaf jari saya udah lama nggak yoga, jadi kepleset waktu ngetik."

2) Ada yang bilang cover buku kita tidak menarik. Jawab saja: "Wah, memang benar ya, cover buku saya nggak menarik. Yang menarik kan cuma tangan."

3) Ada yang mengkritik humor kita garing. Jawab saja: "Bener juga. Saya juga sering ngerasa humor saya garing. Tapi tenang saja, saya nyetok banyak minyak goreng. Nanti tinggal digoreng saja, lumayan buat cemilan."

CARA HEMAT UNTUK PINTER

CARA HEMAT UNTUK PINTER

CARA HEMAT UNTUK PINTER

Pengen pinter tapi anggaran pas-pasan buat beli buku? Nggak usah sedih atau nyerah. Banyak cara untuk jadi pinter. Salah satunya rajin ke perpustakaan. Berikut beberapa perpustakaan di Jakarta tempat biasa saya nongkrong yang saya rekomendasikan:

1. Perpustakaan Nasional Tertutup, di Salemba, 500 m dari kampus UI. Harus membawa KTP untuk membuat kartu agar bisa masuk dan membaca buku. Dulu biayanya 15.000. Syarat harus ada telpon rumah. Koleksi komplet, katalog online, sistem tertutup. Dekat gramedia Matraman yang arah UI. Bisa fotokopi tapi mahal.

2. Perpustakaan Nasional Terbuka, di Jl. Merdeka Selatan depan Monas. Dekat kantor Balaikota DKI Jakarta. Bebas masuk, boleh dipinjam 3 buku utk 2 minggu. Ada ruangan internet, ruangan khusus anak-anak lengkap dengan mainan edukasi dan boneka. Anak saya sangat senang diajak ke sana. Sabtu dan Minggu buka dari jam 08.00-16.00, cocok untuk meningkatkan minat baca anak. Anggota bisa langsung jadi. Syarat sama dengan Perpusnas sistem tertutup. Tersedia fotokopi.

3. Perpustakaan LIPI. Ada di gedung LIPI jl. Gatot Subroto. Hanya boleh baca di tempat. Syarat kartu ada surat keterangan karyawan dari perusahaan, atau kartu mahasiswa, juga KTP.

4. Perpustakaan Sumantri Brojonegoro, gedung wanita, pasar festival, kuningan, jaksel. sistem terbuka, bisa pinjam, syarat kartu ada no.telpon rumah. Tersedia fotokopi.

5. Perpustakaan UI Depok. Perpustakaan paling keren, koleksi lengkap dari tesis, disertasi, skripsi, jurnal, buku-buku, novel, kantin, minimarket, toko buku. Perpustakaan dengan konsep berwawasan lingkungan. Lokasi paling keren buat nongkrong terutama untuk para jones. Tersedia fotokopi.

Dari semua perpus itu saya paling suka sama Perpusnas terbuka karena bisa pinjam. Karena saya dan anak2 dari 4 tahun udah punya kartu, jadi sekali pinjam bisa 12 buku untuk 2 minggu. Sangat cocok kalau lagi pengen ngajak jalan anak2 tapi dana pas-pasan. Bisa bawa bekal dari rumah. sekalian piknik grin emotikon.
Satu lagi, untuk urusan mencari data tulisan saya paling suka Perpusnas tertutup, tapi ngabisin duit krn harus fotokopi.

Perpus UI Depok juga saya rekomendasikan. Selain keren buat ngecengin mahasiswa/wi yg pinter2 dan cakep, bisa buat menebus masa lalu yg gagal kuliah di situ. :v :v Untuk cari bahan tulisan juga oke punya. Tapi, setelah ditemukannya korban pembunuhan di danau depan perpus, saya rasa jangan berani ke perpus sendirian, pasti merinding dangdut wkwkwk.

Sekian laporan seputar perpustakaan di Jakarta. Semoga bermanfaat.